Pendapat bahwa pembeli mobil bekas harus siap menghadapi masalah lanjutannya mungkin benar. Saya mengalaminya pada Peugeot 505 GR 1983 dan 1986, terutama bagian mesin. Namun masalah keduanya bisa diatasi dengan sangat memuaskan, sekaligus menambah pengetahuan tentang karakteristik mesin Peugeot 505 GR. Namun lain lagi pengalaman dengan seri 405 STi 1996. Tetapi pada dasarnya, untuk mengatasi masalah diperlukan kesabaran, kreativitas, dan motivasi belajar.
Pertama kali menggunakan 405 STi terasa gejala mesin tersendat di tanjakan ringan. Saat itu mobil sudah berjalan kurang lebih 1 jam, diselingi kemacetan lalu lintas. Pada 505 GR, gejala ini biasanya disebabkan kekurangan pasokan bahan bakar ke karburator, karena pompa bahan bakar kurang berfungsi normal.
Setelah mobil dipinggirkan, mesin dinyalakan kembali, lalu akselerator (pedal gas) diinjak penuh, namun mesin tetap tersendat-sendat. Akhirnya mesin dimatikan kurang lebih 30 menit. Setelah itu dinyalakan kembali dan mesin tidak tersendat lagi. Langsung menuju ke bengkel langganan khusus Peugeot di Jl. Karapitan Bandung. Sampai di sana mesin tetap dinyalakan sampai muncul gejala tersendat. Setelah diperiksa oleh mekanik, ternyata dugaan saya benar, pompa bahan bakar tidak berfungsi normal. Analisis mekanik, setelah bekerja beberapa lama, pompa menjadi panas hingga akhirnya tidak cukup kuat memompa bahan bakar. Pompa bahan bakar diganti dengan pompa baru merk Pierburg seharga Rp 1 juta. Masalah terselesaikan.
Kira-kira 1 bulan berikutnya muncul gejala lain. Mesin 405 STi saya menunjukkan gejala idle nge-drop, lalu mati saat memindah gigi percepatan (versnelling). Mengingat gejala serupa pada mesin Peugeot 505 GR 1983 dan 1986, biasanya masalah terletak pada sistem bahan bakar, antara lain karburator, filter bahan bakar, dan pompa bahan bakar. Bisa jadi karena karburator tersumbat kotoran. Solusinya gampang saja, bongkar karburator, lalu bersihkan dengan carburetor cleaner, selesai.
Pada mesin 505 GR yang konvensional, mencari sumber masalah masih bisa dilakukan dengan peralatan sederhana. Namun pada jenis mesin 405 STi yang dikendalikan oleh ECU (Electronic Control Unit) atau unit pengendali elektronik, mencari sumber masalah tidak bisa dengan cara "konvensional". Diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosa dan mencari komponen-komponen yang tidak berfungsi.
Menghadapi masalah yang terakhir ini, saya terlebih dulu membaca berbagai pengalaman pemakai seri 405 di internet. Berbekal berbagai informasi tersebut, saya simpulkan sumber masalahnya adalah idle regulator. Padahal, bila mesin dinyalakan pada pagi hari, idle regulator berfungsi normal. Awalnya putaran mesin naik hingga RPM 1500, lalu turun ke RPM 1200, turun lagi ke RPM 1100, dan beberapa detik kemudian turun ke putaran normal RPM 850-900. Gejala ini juga saya konsultasikan dengan bengkel langganan, dan mereka mempunyai dugaan yang sama.
Idle regulator segera saya ganti dengan onderdeel baru merk Pierburg seharga Rp 575 ribu. Tetapi masalah belum terpecahkan. Akhirnya bengkel resmi Peugeot di Bandung menjadi harapan terakhir. Di sana diagnosa dan fault finding dilakukan dengan komputer dengan software khusus untuk Peugeot 405 STi.
Kabel data dari ECU disambungkan ke komputer, roda depan kiri didongkrak, mesin dinyalakan sambil masuk versnelling 1. Komputer melakukan pembacaan status setiap komponen. Muncul tulisan di layar komputer sebagai berikut: (1) Intermittent fault Vehicle Speed Sensor function; (2) Intermittent fault Throttle Potentiometer function. Dua komponen itu diduga tidak berfungsi oleh komputer. Namun mekanik menyatakan bahwa bila dilihat dari fakta mesin masih bisa idle secara normal, maka dugaan terkuat ada pada VSS (Vehicle Speed Sensor).
Saya tanyakan harga VSS di bengkel resmi, ternyata cukup mahal sekitar Rp 750 ribu, dan itupun tidak ready stock, harus memesan dulu ke Jakarta. Karena itu saya putuskan untuk mencari alternatif ke toko langganan. Di sana juga tidak ada stok VSS, namun mereka bisa memesankan, bahkan bisa mencarikan merk lain yang lebih murah dengan harga Rp 250 ribu. Walaupun toko langganan tidak berani menjamin kualitasnya, dengan tekad bulat saya pesan 1 unit. Dua hari berikutnya VSS merk Cogeva saya pasang. Kemudian mobil dijalankan sambil berdoa asal mesin tidak mati. Ternyata saat dijalan malah lebih dari harapan. Ketika memindah versnelling, putaran mesin turun sejenak di bawah RPM 1000, lalu naik ke RPM 1100 dan turun sedikit demi sedikit ke RPM 850. Masalah terpecahkan! Alhamdulillah sampai jarak lebih dari 8000 kilometer VSS "imitasi" masih berfungsi normal.
Pertama kali menggunakan 405 STi terasa gejala mesin tersendat di tanjakan ringan. Saat itu mobil sudah berjalan kurang lebih 1 jam, diselingi kemacetan lalu lintas. Pada 505 GR, gejala ini biasanya disebabkan kekurangan pasokan bahan bakar ke karburator, karena pompa bahan bakar kurang berfungsi normal.
Setelah mobil dipinggirkan, mesin dinyalakan kembali, lalu akselerator (pedal gas) diinjak penuh, namun mesin tetap tersendat-sendat. Akhirnya mesin dimatikan kurang lebih 30 menit. Setelah itu dinyalakan kembali dan mesin tidak tersendat lagi. Langsung menuju ke bengkel langganan khusus Peugeot di Jl. Karapitan Bandung. Sampai di sana mesin tetap dinyalakan sampai muncul gejala tersendat. Setelah diperiksa oleh mekanik, ternyata dugaan saya benar, pompa bahan bakar tidak berfungsi normal. Analisis mekanik, setelah bekerja beberapa lama, pompa menjadi panas hingga akhirnya tidak cukup kuat memompa bahan bakar. Pompa bahan bakar diganti dengan pompa baru merk Pierburg seharga Rp 1 juta. Masalah terselesaikan.
Kira-kira 1 bulan berikutnya muncul gejala lain. Mesin 405 STi saya menunjukkan gejala idle nge-drop, lalu mati saat memindah gigi percepatan (versnelling). Mengingat gejala serupa pada mesin Peugeot 505 GR 1983 dan 1986, biasanya masalah terletak pada sistem bahan bakar, antara lain karburator, filter bahan bakar, dan pompa bahan bakar. Bisa jadi karena karburator tersumbat kotoran. Solusinya gampang saja, bongkar karburator, lalu bersihkan dengan carburetor cleaner, selesai.
Pada mesin 505 GR yang konvensional, mencari sumber masalah masih bisa dilakukan dengan peralatan sederhana. Namun pada jenis mesin 405 STi yang dikendalikan oleh ECU (Electronic Control Unit) atau unit pengendali elektronik, mencari sumber masalah tidak bisa dengan cara "konvensional". Diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosa dan mencari komponen-komponen yang tidak berfungsi.
Menghadapi masalah yang terakhir ini, saya terlebih dulu membaca berbagai pengalaman pemakai seri 405 di internet. Berbekal berbagai informasi tersebut, saya simpulkan sumber masalahnya adalah idle regulator. Padahal, bila mesin dinyalakan pada pagi hari, idle regulator berfungsi normal. Awalnya putaran mesin naik hingga RPM 1500, lalu turun ke RPM 1200, turun lagi ke RPM 1100, dan beberapa detik kemudian turun ke putaran normal RPM 850-900. Gejala ini juga saya konsultasikan dengan bengkel langganan, dan mereka mempunyai dugaan yang sama.
Idle regulator segera saya ganti dengan onderdeel baru merk Pierburg seharga Rp 575 ribu. Tetapi masalah belum terpecahkan. Akhirnya bengkel resmi Peugeot di Bandung menjadi harapan terakhir. Di sana diagnosa dan fault finding dilakukan dengan komputer dengan software khusus untuk Peugeot 405 STi.
Kabel data dari ECU disambungkan ke komputer, roda depan kiri didongkrak, mesin dinyalakan sambil masuk versnelling 1. Komputer melakukan pembacaan status setiap komponen. Muncul tulisan di layar komputer sebagai berikut: (1) Intermittent fault Vehicle Speed Sensor function; (2) Intermittent fault Throttle Potentiometer function. Dua komponen itu diduga tidak berfungsi oleh komputer. Namun mekanik menyatakan bahwa bila dilihat dari fakta mesin masih bisa idle secara normal, maka dugaan terkuat ada pada VSS (Vehicle Speed Sensor).
Saya tanyakan harga VSS di bengkel resmi, ternyata cukup mahal sekitar Rp 750 ribu, dan itupun tidak ready stock, harus memesan dulu ke Jakarta. Karena itu saya putuskan untuk mencari alternatif ke toko langganan. Di sana juga tidak ada stok VSS, namun mereka bisa memesankan, bahkan bisa mencarikan merk lain yang lebih murah dengan harga Rp 250 ribu. Walaupun toko langganan tidak berani menjamin kualitasnya, dengan tekad bulat saya pesan 1 unit. Dua hari berikutnya VSS merk Cogeva saya pasang. Kemudian mobil dijalankan sambil berdoa asal mesin tidak mati. Ternyata saat dijalan malah lebih dari harapan. Ketika memindah versnelling, putaran mesin turun sejenak di bawah RPM 1000, lalu naik ke RPM 1100 dan turun sedikit demi sedikit ke RPM 850. Masalah terpecahkan! Alhamdulillah sampai jarak lebih dari 8000 kilometer VSS "imitasi" masih berfungsi normal.